‘SELAMAT
SIANG, RISA’
Sutradara
: Ine Febriyanti
“Selamat Siang, Risa!” disutradarai oleh
Ine Febriyanti menceritakan tentang seorang karyawati yang sedang menghadapi
godaan tawaran uang “suap”. Namun ia bisa bertahan karena cerita flashback
tentang ayahnya yang berusaha jujur walaupun orang lain di sekitarnya banyak
yang melakukan korupsi. Ayahnya bahkan bersikeras tidak melakukan korupsi saat
keluarganya dilanda kesulitan ekonomi.
Ayahnya bernama Pak Woko seorang
penanggung jawab gudang yang dengan integritasnya menunjukkan sikap anti
korupsi. Film ini diawali dengan penggambaran keluarga pak Woko, yang hidup
dengan berbagai keterbatasan. Pak Woko yang hanya seorang pegawai biasa di
Gudang Beras MAKMUR jl. Veteran No : 71 JAKARTA, harus berjuang untuk menghidupi
seorang istri dan dua orang anaknya yang masih kecil-kecil.
Di waktu pagi pak woko berangkat bekerja
mengendarai vespa tuanya di saksikan istri dan kedua anaknya. Untuk
membantu menambah penghasilan suamninya, istri nya juga bekerja sebagai seorang
penjahit baju. Dia menerima jahitan dari seorang ibu yang akan menjahitkan baju
untuk anaknya. Ketika sedang sibuk dengan pekerjaannya, si ibu harus
menghentikan pekerjaannya karena anak kecilnya rewel karena demam. Tidak berapa
lama dia harus mengantar anaknya ke R.S. Nurul Medika. Akan tetapi dia harus
menebus obatnya separo karena uangnya tidak mencukupi.
Sore harinya pak Woko pulang bekerja dan
dirumah hanya ada sedikit nasi dan satu telur rebus untuk makan. Kemudian, di
pagi harinya pak Woko kembali bekerja di gudang. Namun hari itu di tempat dia
bekerja sangat sepi karena beras tidak banyak yang dikirim kesana. Dari
kejauhan terdengar seorang laki-laki yang sedang berbicara mengenai gudang
beras dengan penunggu gudang.
Sore harinya, pak Woko pulang ke rumah.
Tidak berapa lama kemudian, datanglah seorang juragan beras bernama Koh Abeng dengan
maksud untuk menyewa gudang. Juragan tersebut berkeinginan untuk menyewa gudang
milik perusahaan tempat pak woko bekerja untuk menaruh beras-beras dengan
maksud menimbun beras. Dia mengajukan
maksud kedatangannya, juragan tersebut meminta dengan amat sangat agar pak Woko
bersedia menyewakan gudang kosong yang sedang dia kelola kepadanya sebagai
tempat penimbunan beras. Juragan tersebut kemudian menawari pak
woko sejumlah uang agar pak woko mengizinkan saudagar tersebut menaruh
beras-berasnya digudang milik perusahaan. Terjadi pergolakan batin pada diri
pak Woko atas tawaran dari juragan tersebut. Disatu sisi Pak woko juga
membutuhkan dana untuk mebiayai keluarganya dan membiayai anaknya yang sakit.
Akhirnya, pak woko tetap menjaga integritasnya dan menolak untuk melakukan hal
tersebut. Karena dapat penolakan dari pak woko akhirnya koh Abeng mengalah dan
pulang.
Si istri melihat kejadian tersebut dan
memeluk anaknya erat-erat ketika juragan itu meninggalkan rumah mereka. Pak
Woko memeluk istri dan anak istrinya. Mereka benar-benar bangga atas kemampuan
mereka untuk menolak uang suap yang akan diberikan sang juragan.
Beberapa tahun kemudian, di perlihatkan
Risa yang sudah mendaji gadis remaja yang cantik sedang melakukan tawaran uang
seperti ayahnya menolak sogokan waktu ia masih kecil. Kemudian Risa memandang
sekelilingnya dan terjebak kemacetan. Risa turun dari mobil dan memilih
berjalan kaki sambil melihat fenomena korupsi yang terjadi di masyarakat salah
satunya seorang polisi yang sedang menerima uang dari pengendara yang terkena
tilang.
Korupsi yang di peragakan pada film
tersebut sangat jelas, dimana saat harga beras dipastikan naik, para pengusaha
beras berusaha untuk menimbun beras yang mereka miliki sehingga yang terjadi
adalah kelangkaan. Padahal si pengusaha beras itu sendiri adalah orang yang
cukup mapan, yang kedua adalah Menyogok Risa Arwoko anak dari pak Woko yang
menjabat sebagai kepala bagian perizinan di suatu perusahaan agar dapat
memperlancar bisnis orang tersebut.
Pada film tersebut juga terdapat pesan
positif, yaitu Keluarga menjadi basis utama dalam pembentukan perilaku anti
korupsi dengan memupuk kejujuran, integritas dan tanggung jawab.
PSSSST... JANGAN BILANG SIAPA-SIAPA
Sutradara
: Chairun Nissa
Film kali ini menceritakan perilaku
remaja SMA yang sering melakukan tindakan berbohong dan mencoba berkorupsi di
usia dini. Berawal dari sebuah rekaman dalam kehidupan sekolah, Olla yang
direkam oleh Gita. Gita adalah siswa SMA yang baru saja membeli handycam hasil
dari jerih payahnya menabung uang.
Berbanding terbalik dengan teman – teman
dekatnya yang sering membohongi orang tua mereka untuk mendapatkan gadget atau
barang mewah lain yang mereka inginkan. Dengan berdalih untuk keperluan sekolah
teman – teman gita dengan mudah mendapatkan uang dari orang tua mereka. Di
dalam film tersebut dapat di simpulkan bahwa seseorang bisa melakukan tindak
korupsi karna terbiasa melihat bahkan di ajarkan untuk berbohong untuk
kesenangan sendiri. Dari ayah olla sendiri yang suka berkorupsi di kantor dia
bekerja, dari sang ibu yang sering berbohong untuk meminta uang yang lebih
untuk berbelanja, dari sang anak (Olla) yang berbohong meminta uang dengan
alasan untuk keperluan sekolahnya. kebiasaan Tidak hanya di kalangan siswa,
praktek korupsi dan perilaku tidak jujur juga terjadi kalangan guru mereka.
Temannya Gita yang bernama Echi bertugas
menjual buku dari gurunya mengungkapkan alasan mengapa Gita mendapat nilai yang
lebih rendah dari temannya hanya karena dia tidak membeli buku yang dijual
gurunya. Nilai bukannya ditentukan prestasinya tetapi ditentukan menguntungkan
atau tidaknya guru tersebut.
Gita memiliki cara sendiri walaupun beda
pendapat dengan temannya dia selalu bangga dengan hal itu karena dia merasa
melakukan hal yang benar, seperti dia rela menabung 1 tahun untuk mendapakan
camera yang ia inginkan.
Korupsi yang di peragakan dalam film
tersebut antara lain : di sebuah keluarga Olla yang setiap harinya terbiasa
dengan berbohong demi kesenangan, anak SMA dan seorang guru yang sudah terbiasa
dengan kehidupan yang mana meraka selalu berbohong masalah paembayaran uang
sekolah serta pembengkakan harga buku paket sekolah.